Burung Sudah Punah: New Caledonian Lorikeet

New Caledonian Lorikeet  memiliki panjang 18–19 cm (seukuran tangan besar), 7–8 cm di antaranya adalah ekor ramping dan runcing. Sayapnya ramping dan runcing, berukuran 91 mm di satu-satunya spesimen. Tarsusnya memiliki panjang 16 cm.

Burung betina berwarna hijau secara keseluruhan, dengan mahkota biru ungu tua dan paha kebiruan tua, wajah kekuningan dan bagian bawah, dan daerah dubur merah. Ekornya berwarna hijau di atas dan zaitun kekuningan di bawah, dengan empat bulu lateral dengan tanda basal merah diikuti dengan pita hitam, berujung kuning di bagian bawah. Paruhnya berwarna oranye-merah, iris mungkin oranye tua seperti kaki.

Sedangkan untuk spesies jantan belum tercatat. Berdasarkan spesies yang serupa, mereka kemungkinan besar memiliki lebih banyak warna merah, mungkin termasuk wajah, bagian bawah primer dan sisi pantat; dan kemungkinan sedikit lebih besar. Burung yang belum dewasa akan terlihat seperti betina yang kusam.

Suaranya juga tidak diketahui, tetapi — sekali lagi berdasarkan spesies yang sama — kemungkinan besar adalah pekikan bernada tinggi. Ini akan menjadi tanda spesies yang paling jitu, tetapi hanya untuk pengamat yang akrab dengan vokalisasi burung beo lokal lainnya.

Asal usul spesimen yang masih ada tidak diketahui. Satu ditembak di Mont Ignambi dekat Oubatche pada tahun 1913 (Sarasin & Roux, 1913), tetapi tidak diawetkan. Ada laporan yang belum diverifikasi dari barat Mont Panié dan daerah Mont Ignambi di Provinsi Utara, dan dari jalan La Foa-Canala dan Danau Yaté di Provinsi Selatan (Stokes, 1980; Forshaw & Cooper 1989; Ekstrom et al., 2002) .

Bregulla (1993) mengemukakan hal itu mungkin di daerah sekitar Mont Panié dan Mont Humboldt — sekitar 60 km sebelah tenggara Canala — dan Massif du Kouakoué. Mengingat aksesibilitas yang rendah di dataran tinggi, secara teori, kelompok unggas dapat hidup di salah satu petak yang lebih besar dari hutan yang relatif tidak terganggu, misalnya, di antara jalan antar pantai di sekitar perbatasan provinsi.

New Caledonian Lorikeet

Populasi dunia: <50, tanpa laporan sejak 1976.

Di mana ditemukan: Kaledonia Baru, Melanesia.

Sejarah: Lorikeet Kaledonia Baru diketahui dari dua spesimen yang dikumpulkan pada tahun 1859 dari daerah yang tidak diketahui dan tahun 1913 di Gunung. Ignambi di Kaledonia Baru (Sarasin 1913, Forshaw 1989). Ada laporan, sebagian besar belum dikonfirmasi, dari tahun 1880-an hingga 1920-an (Layard dan Layard 1882, Stokes 1980), dan 1953 atau 1954 di pegunungan tengah dan pada tahun 1976, di sebelah barat Gunung Panié (Stokes 1980). Pada tahun 1998 pencarian ekstensif tidak menemukan burung, dan tidak ada catatan baru diperoleh selama 500 hari survei burung antara tahun 2002 dan 2007 (J. Theuerkauf, S. Rouys dan V. Chartendrault in litt. 2007). Lebih dari seratus penduduk lokal yang diwawancarai antara 2003 dan 2006 tidak memberikan laporan yang kredibel (J. Theuerkauf, S. Rouys dan V. Chartendrault in litt. 2007).

Ancaman: Hilangnya hutan semi-gugur dataran rendah (Ekstrom et al. 2000, Ekstrom et al. 2002) Kemungkinan penyakit yang ditularkan (seperti malaria unggas) Mamalia introduksi (terutama tikus) (Bregulla 1992, Ekstrom et al. 2000, Ekstrom et al.2002)

Ekologi: Laporan awal menunjukkan bahwa perkici ini hidup di hutan dan kadang-kadang diberi makan di pohon Erythina (Layard dan Layard 1882). Diperkirakan bahwa itu dan Charmosyna berkerabat dekat dengan hutan dataran rendah dari hutan pegunungan, tergantung pada musim (Forshaw 1989).

Burung yang Sudah Punah: Glaucous macaw

Glaucous macaw adalah burung beo Amerika Selatan yang besar, biru dan abu-abu, anggota kelompok besar burung beo neotropis yang dikenal sebagai macaw. Macaw ini, umumnya diyakini telah punah

Macaw glaucous memiliki panjang 70 cm. Sebagian besar berwarna biru kehijauan pucat dengan kepala besar keabu-abuan. Istilah glaucous menggambarkan pewarnaannya.

Ia memiliki ekor panjang dan paruh besar. Memiliki lingkaran kuning, mata telanjang dan lappet berbentuk setengah bulan berbatasan dengan rahang bawah.

Burung ini berasal dari Argentina utara, Paraguay selatan, wilayah chaco dan llano Bolivia dekat kota Santa Cruz de la Sierra, timur laut Uruguay, dan Brasil. Ini menjadi langka selama abad ke-19 karena perangkap dan hilangnya habitat, dan hanya dua kemungkinan laporan diterima mengenai adanya burung liar di abad ke-20. Ekspedisi oleh ahli burung ke barat daya Paraguay selama tahun 1990-an gagal menemukan bukti apapun dari spesies tersebut.

Selain itu, hanya penduduk tertua di wilayah tersebut yang memiliki pengetahuan tentang macaw, dengan spesies terakhir tercatat pada tahun 1870-an. Hilangnya burung itu mungkin terkait dengan penjebakan burung dewasa untuk perdagangan burung liar dan penebangan besar-besaran dari pohon palem yatay, Butia yatay, kacang yang tampaknya merupakan makanan utamanya.

Meskipun habitat yang sesuai tetap ada di Taman Nasional El Palmar, di provinsi Entre Ríos di Argentina, serta di selatan Brasil, tidak ada rumor tentang keberadaan burung tersebut dalam beberapa dekade terakhir yang terbukti dapat dipercaya.

Pencarian yang dilakukan oleh Joe Cuddy dan Tony Pittman pada tahun 1992 menyimpulkan bahwa burung-burung itu punah di wilayah jelajah sebelumnya. Desas-desus terus berlanjut bahwa macaw biru terlihat di Argentina dan Bolivia dengan dealer di Rosario, Argentina, menawarkan spesimen yang masih hidup.

Almarhum George Smith memberikan banyak ceramah yang kaya akan informasi konservasi macaw, termasuk spesies ini, yang dia nyatakan tidak punah di alam liar, tetapi ada di daerah terpencil Bolivia di mana dia bertemu dengan para penjerat yang dapat mengidentifikasi spesies ini. Selain itu, dia menyatakan bahwa tegakan sawit murni ada “sejauh mata memandang” ketika dia terbang di atas area yang belum diselidiki.

Sebuah studi tahun 2018 yang mengutip pola kepunahan burung, kerusakan besar pada habitatnya, dan kurangnya penampakan yang dikonfirmasi sejak 1980-an merekomendasikan untuk memasukkan spesies tersebut ke dalam Daftar Terancam Punah – Mungkin Punah.

Glaucous macaw

Populasi liar: Kemungkinan tidak ada

Di mana ditemukan: Sebelumnya terbatas pada wilayah di bagian tengah Rio Paraguay, Rio Parana dan Rio Uruguay, di SE Paraguay, NE Argentina, di Corrientes dan mungkin Misiones, dan Rio Grande do Sul, SE Brazil; mungkin juga Artigas, NW Uruguay.

Sejarah: Anodorhynchus glaucus sebelumnya tersebar luas di Argentina Utara, Paraguay Selatan, Uruguay Timur Laut dan Brasil dari negara bagian Paraná ke arah selatan. Itu asli daerah sekitar sungai besar (Uruguay, Paraná dan Paraguay), dengan sebagian besar catatan berasal dari Corrientes, Argentina. Itu sudah langka di paruh kedua abad ke-19, dengan hanya dua penampakan yang dapat diterima di abad ke-20, termasuk satu pengamatan langsung di Uruguay pada tahun 1951 dan satu lagi berdasarkan laporan lokal. Spesies ini umumnya dianggap punah, namun beberapa penduduk setempat baru-baru ini melaporkan penampakan.

Ancaman: Populasi spesies ini kemungkinan besar menurun dengan cepat karena pemukiman manusia di lembah sungai utama dalam jangkauannya. Itu mungkin diburu dan diambil untuk perdagangan burung karena sangat mencolok, baik dalam ukuran dan warna. Ada beberapa bukti bahwa itu terperangkap, tetapi sedikit yang mendukung berbagai klaim bahwa telah terjadi perdagangan baru-baru ini.

Ekologi: Glaucous Macaw awalnya ditemukan di Paraguay, Argentina, dan Brasil. Itu terlihat di hutan galeri subtropis dengan tebing dan sabana kaya palem yang berhutan lebat, di mana ia akan memakan kacang-kacangan pohon palem Butia yatay. Itu adalah burung yang suka berteman, bersarang di tebing atau tebing curam, atau lebih jarang, rongga pohon.

Fakta Burung Takahe yang Unik dan Sempat Dikira Punah!

Pernahkan kamu mendengar tentang burung Takahe? Untuk kamu yang pernah menyaksikan film Ice Age, pasti tidak asing dengan burung satu ini. Ya, burung ini adalah salah satu burung yang ada di film berlatar belakang beberapa juta tahun lalu itu.
Burung Takahe adalah jenis burung yang sempat dinyatakan punah, namun ternyata kembali ditemukan. Burung unik asal Selandia Baru ini memiliki serangkaian fakta unik dan menarik yang wajib untuk kamu ketahui!

Fakta Unik Burung Takahe

1.Tidak Bisa Terbang

Fakta pertama yang sudah umum diketahui adalah burung Takahe tidak bisa terbang. Burung yang hanya bisa ditemukan di Selandia Baru ini memiliki tinggi 50 cm dan rata-rata berat 3 Kg, kaki yang kuat, dan paruh yang besar. Jadi mungkin meski tidak bisa terbang, burung ini memiliki kelebihan lain yang jarang dimiliki burung lain.

2. Warna Bulu yang Indah

Kedua, burung Takahe juga dikenal sebagai burung yang memiliki warna bulu yang cerah dan indah. Ketika burung ini masih kecil, bulunya tidak secerah ketika ia sudah dewasa, di mana lebih ke berwarna ungu kebiruan dengan punggung yang berwarna hijau.
Sedangkan ketika ia sudah dewasa, warna bulunya menjadi lebih cerah dan juga warna kakinya merah.

3. Pernah Dianggap Punah

Burung Takahe pertama yang pernah ditemukan tidak berupa burung yang masih hidup, melainkan berupa fosil. Fosil ini ditemukan di tahun 1847 oleh Richard Owen, seorang ahli Biologi. Lokasi penemuannya ada di selatan provinsi Taranaki.
Tetapi 2 tahun kemudian ada pelaporan kalau pemburu menemukan burung besar yang larinya cepat, tapi burung tersebut tidak dapat terbang. Burung serupa dikisaran tahun 1890-an. Kala itu orang-orang mendeskripsikan burung ini mirip dengan burung pukeko hanya saja ukurannya jauh lebih besar.
Akhirnya di tahun 1948, Geoffrey Orbel yang merupakan seorang dokter hewan menemukan hewan ini di dekat danau te Anau, Pulau Selatan, Selandia Baru.

4. Mengalami Perpindahan Habitat

Ketika ditemukan, burung takahe tampak tinggal di daerah padang rumput di pegunungan Alpen. Tapi sebenarnya padang rumput bukanlah habitat asli dari burung ini, karena mereka sebenarnya tinggal di rawa.
Tapi karena banyak rawa yang sudah berubah menjadi lahan pertanian, ini membuat pada burung takahe mencari habitat baru. Kareha hilang habitat aslinya inilah yang membuat banyak yang yakin kalau burung ini punah kala itu.
Selain itu faktor dari pertumbuhan yang harus melewati beberapa fase sampai ia bisa mencapai ke tahap dewasa. Ini membuat pertumbuhan dari burung takahe lebih lambat dibandingkan burung lainnya, ini juga yang membuat sebagai salah satu faktor burung ini hampir punah.

5. Jenis Burung Takahe

Ada dua jenis dari burung Takahe, yang pertama adalah burung takahe pulau selatan yang sebelumnya sudah kami bahas. Lalu ada juga burung takahe pulau utara yang sudah punah dan kita hanya bisa mengetahuinya melalui fosil saja.
Burung takahe dari pulau utara memiliki tubuh yang jauh lebih tinggi dan juga ramping. Selain itu kini sudah semakin banyak jenis burung takahe di Selandia baru dan kini banyak yang diperkenalkan pada habitat baru.

Itulah beberapa fakta mengenai burung takahe, burung unik yang tidak bisa terbang dari Selandia Baru. Meski tidak bisa terbang, kita bisa lihat kalau banyak kelebihan lain yang dimiliki burung ini dan menjadi faktor keunikannya.

Burung Kiwi, Burung Tanpa Sayap dari Selandia Baru

Apa yang kamu pikirkan jika mendengar tentang burung? Tentunya kamu berpikir itu adalah hewan yang bisa terbang dengan sayap, kan? Tapi tahukah kamu ternyata ada burung yang tidak bisa terbang dan tidak memiliki sayap?

Nah, ternyata ada loh burung yang tidak memiliki sayap dan tidak bisa terbang, ia adalah burung Kiwi. Burung yang secara tidak resmi merupakan simbol negara Selandia Baru ini memiliki bentuk yang sangat menggemaskan dan juga memiliki beberapa karakteristik unik. Berikut ini kami akan menunjukkan kepada kamu, apa saja fakta menarik seputar burung satu ini.

Fakta Seputar Burung Kiwi

1.Ukuran Telurnya Sangat Besar

Jika biasanya kita melihat ukuran telur burung sangat jauh lebih kecil dibandingkan dengan induknya, maka mungkin kamu akan kaget ketika melihat ukuran dari telur burung kiwi. Telur burung kiri setidaknya memiliki ukuran 20% dibandingkan dengan induknya.

Karena banyak kandungan kuning telur, jadi ini memungkinkan burung kiwi untuk langsung banyak bulu ketika ia menetas. Ukuran dari bayi burung Kiwi juga langsung besar saat menetas.

  1. Hanya Memiliki Satu Pasangan

Burung Kiwi adalah spesies yang setia, ia hanya berpasangan sekali seumur hidupnya atau istilahnya adalah monogami. Saat musim kawin tiba, sang jantan dan betina akan aktif untuk memanggil di malam hari lalu bertemu di sarang yang sudah mereka buat bersama selama 3 hari sekali.

Hubungan antara jantan dan betina burung kiwi ini paling lama dicatatkan adalah selama 20 tahun, sampai salah satu di antara mereka mati.

  1. Indra Penciumannya Tajam

Meski mereka tidak bisa terbang, tapi ada kelebihan yang dimiliki oleh burung kiwi dan jarang dimiliki oleh burung lain, yaitu indra penciuman yang tajam. Burung Kiwi adalah satu-satunya burung yang memiliki lubang hidung pada bagian ujung paruhnya. Dengan ini, mereka bisa mencium mangsa buruan mereka yang ada di dalam tanah.

  1. Bulu Tebal Untuk Melindungi Diri

Bulu Kiwi kini sudah berevolusi agar bisa menyesuaikan dengan kehidupannya selama mereka di tanah. Bulu tebal yang ada di sekujur tubuhnya digunakan burung Kiwi untuk menyamar.

Ketika ada predator yang mengincarnya, burung kiwi bisa menyamar seakan menjadi semak belukar kering. Dengan demikian mereka bisa terbebas menjadi santapan para predator yang mengincar mereka.

  1. Memiliki Ingatan Tajam dan Cakar Tajam

Ada dua hal tajam yang dimiliki oleh burung Kiwi, yaitu ingatannya dan juga cakarnya. Kiwi merupakan burung nokturnal, ia aktif di malam hari. Ia adalah burung yang sangat waspada terhadap wilayah mereka sendiri. Jika ada lawan yang mendekat, maka ia bisa melawan mereka dengan memanfaatkan cakar yang ada di kaki mereka.

Ada seorang peneliti burung bernama Dr. John McLennan yang meneliti salah satu kiwi. Hewan yang ditelitinya itu memiliki kebiasaan untuk melakukan penyerangan setelah itu kabur. Biasanya setelah mencabik, ia akan bersembunyi di antara semak belukar.

Lalu kelebihan lain yang dimiliki oleh burung kiwi adalah ingatannya yang tajam. Ia bisa sangat mengingat kejadian buruk yang bahkan menimpanya 5 tahun lalu. Mungkin burung ini dapat ditipu dengan rekaman panggilan suara setidaknya sekali, tetapi setelahnya ia tidak akan tertipu lagi.

 

Itulah beberapa fakta menarik tentang burung kiwi, burung tidak bisa terbang dari Selandia baru yang unik dan menarik untuk dibahas.

Kakapo, Burung Selandia Baru yang Unik

Apa yang kamu pikirkan saat melihat gambar burung Kakapo di atas? Mungkin kamu mengira burung ini satu bangsa dengan Burung Hantu, atau bahkan mungkin kamu berpikir ini adalah salah satu jenis dari burung hantu?

Nah, kali ini kami akan mengenalkan kamu ke salah satu jenis burung dari Selandia Baru yang memiliki keunikan. Salah satu keunikan dari burung ini adalah ia tidak bisa terbang seperti jenis burung lainnya, ia lebih suka berjalan di tanah. Banyak fakta menarik yang mungkin bisa kita kupas dari burung ini, berikut ulasannya.

Ulasan Mengenai Burung Kakapo

1.Burung yang kokoh

Pertama yang akan kami bahas adalah mengenai tubuh dari burung Kakapo yang terkenal sangat kokoh. Hal ini berkat ia memiliki sejumlah besar energi sebagai lemak tubuh. Burung satu ini adalah burung bayan yang terberat di dunia. Tingginya bisa mencapai 60 cm dan beratnya antara 1,8 sampai 4 kg.

  1. Diam Saat Terkejut

Salah satu kemampuan dari burung Kakapo yang unik adalah saat mereka terkejut, maka mereka akan diam mematung. Ini mereka lakukan dengan harapan akan menyatu dengan latar belakang mereka. Ini adalah mekanisme yang sangat baik untuk menghindari predator seperti elang yang menggunakan penglihatan saat sedang berburu.

Tetapi ini bukan metode yang baik untuk menghindari predator seperti mamalia yang lebih mengandalkan indra penciuman untuk mencari mangsa.

  1. Burung Betet yang Tidak Bisa Terbang

Memang ada beberapa burung yang tidak bisa terbang, tetapi burung Kakapo ini adalah satu-satunya burung Bayan atau Betet yang tidak bisa terbang. Mereka memiliki sayap yang tidak digunakan untuk terbang, melainkan untuk menjaga keseimbangan tubuh.

Dibandingkan dengan burung lainnya, burung Kakapo ini memiliki bulu yang lebih lembut, karena bulu mereka tidak perlu untuk kuat dan kaku untuk terbang.

  1. Cara Jantan Memikat Betina

Keunikan lain yang dimiliki oleh Kakapo adalah kemampuan mereka dalam memikat betina. Selama musim kawin, Kakapo jantan dapat berjalan sejauh 4 km untuk mencapai sebuah tempat khusus, di mana mereka akan bersaing satu sama lain agar bisa menarik perhatian dari para betina.

Para pejantan akan menggali mangkuk di bawah tanah, ini akan membatu mereka memantulkan panggilan kawin. Biasanya untuk menarik perhatian dari betina, mereka akan mengeluarkan suara “Booming” yang keras dan memiliki frekuensi rendah. Suara ini bisa didengar sampai sejauh 3 mil.

Nanti setelah 20-30 suara booming, mereka akan beralih ke suara “Ching” dengan nada yang tinggi. Ini dapat berlangsung selama 8 jam setiap malamnya di musim kawin yang biasa berlangsung 2-4 bulan.

  1. Jinak dan Ramah

Meski tampak menyeramkan tapi ternyata hewan ini jinak dan ramah. Jadi banyak orang yang tertarik untuk memelihara burung ini sebagai hewan peliharaan. Bahkan banyak kakao liar yang tidak sungkan untuk bertengger di tubuh manusia. Ada pula yang mengatakan kalau perilaku daru burung Kakapo ini lebih mirip dengan anjing hewan peliharaan dari pada seekor burung.

Tetapi mungkin ini juga yang membuat hewan ini kini terancam punah. Faktor lainya adalah karena area dari habitat Kakapo diambil alih oleh suku Maori.

 

Itulah fakta dari burung Kakapo yang unik dari Selandia Baru. Kira-kira ada burung unik lainnya, gak ya? Cek website kami untuk lihat selengkapnya!